AJARKAN ANAK CERDAS FINANSIAL SEJAK DINI
(image : Pixabay.Com)
"Mama lagi liat apa'an? Online Shop, ya.."
Sontak saya kaget ketika Si Adek mendekatkan wajahnya ke hp yang saya pegang. Rasanya seperti tercyduk. Buru-buru, saya beralih ke menu lain.
Uugh, saya memang baru aja sekrol-sekrol sebuah website sepatu. Tapi, nggak niat beli sih, cuci mata doang.. :D
Seketika saya teringat pesan Mbak Roslina Verauli, M.Psi yang menjadi narasumber dalam acara, Citi Parenting Talkshow : Cerdas Finansial Sejak Dini yang saya ikuti beberapa waktu lalu.
Terkadang, terjebak dalam situasi sedang belanja online di depan anak, (baik belanja beneran atau hanya cuci mata aja) ternyata bisa membawa dampak yang kurang baik pada anak. Khususnya dalam hal bijak mengelola uang.
Loh, memangnya anak-anak harus sudah bisa mengelola uang?
Hm, sebenarnya seberapa penting sih, mengajarkan anak tentang pentingnya mengelola keuangan?
Penting aja, atau penting banget? Pertanyaan ini bikin kita kepo ya..
Uugh, saya memang baru aja sekrol-sekrol sebuah website sepatu. Tapi, nggak niat beli sih, cuci mata doang.. :D
Seketika saya teringat pesan Mbak Roslina Verauli, M.Psi yang menjadi narasumber dalam acara, Citi Parenting Talkshow : Cerdas Finansial Sejak Dini yang saya ikuti beberapa waktu lalu.
Terkadang, terjebak dalam situasi sedang belanja online di depan anak, (baik belanja beneran atau hanya cuci mata aja) ternyata bisa membawa dampak yang kurang baik pada anak. Khususnya dalam hal bijak mengelola uang.
Loh, memangnya anak-anak harus sudah bisa mengelola uang?
Hm, sebenarnya seberapa penting sih, mengajarkan anak tentang pentingnya mengelola keuangan?
Penting aja, atau penting banget? Pertanyaan ini bikin kita kepo ya..
BERAWAL DARI KEBIASAAN ORANG TUA
Seperti kata pepatah, buah nggak akan jatuh jauh dari pohonnya. Orang tua yang punya kebiasaan menghamburkan uang, akan membuat anak-anaknya memiliki sifat yang sama. Demikian juga sebaliknya. *langsung introspeksi*
Bertempat di SDN Ragunan 12 - Jakarta Selatan, pada Kamis 15 Februari 2018 lalu, Citi Indonesia melalui payung kegiatan kemasyarakatannya Citi Peka (Peduli dan Berkarya), bersama Prestasi Junior Indonesia menyelenggarakan Citi Parenting Talkshow yang bertajuk "Cerdas Finansial Sejak Dini."
Dalam talkshow ini, hadir sebagai narasumber Management Advisor Prestasi Junior - Robert Gardiner, Director & Country Head Corporate Affairs Citibank Indonesia - Elvera N. Makki dan Roslina Verauli, M.Psi - Psikolog Anak.
**
"Ibu-ibu..., ayo ngaku! Siapa yang punya jilbab warna pink lebih dari satu?" tanya Mbak Roslina Verauli yang akrab disapa Mbak Vera, kepada peserta talkshow yang juga wali murid SDN 12 Ragunan.
Pertanyaan seperti itu, bisa dipastikan lah ya, pasti banyak Ibu-ibu yang punya jilbab pink lebih dari satu. Ada baby pink, pink fuschia, pink ini, pink itu..kadang beda-beda beberapa tone warna aja.
"Nah, itu ya, kenapa coba' punya jilbab banyak warna gitu?" cecar Mbak Vera lagi..
Hahahah, swear. Pengen ngakak deh. Langsung ingat, di rumah punya jilbab yang warnanya mirip-mirip.
Trus juga, ditanyain soal tas, soal sepatu. Soal cicilan dan banyak lagi. Pokoknya, semua pertanyaan yang memang fakta dan nggak bisa dibantah. Jadi, Ibu-ibu cuma ketawa nyengir, berasa disentil.
Intinya, Mbak Vera mengajak Ibu-ibu untuk menyadari, sebenarnya sudah bijakkah kita membelanjakan uang? Sudah tahu kah kita memilah, mana yang jadi kebutuhan atau hanya keinginan.
Ternyata banyak faktor yang membuat seseorang membelanjakan uangnya bukan karena benar-benar butuh. Bisa jadi hanya karena ingin pengakuan, merasa nyaman atau ingin mendapatkan penghargaan. Bisa aja sih, diikutin kalau uangnya unlimited. Belanja apa aja, sesukanya. Tapi, pada akhirnya, uang tetap nggak bisa memenuhi ruang kosong yang ada di hati. Selama kita nggak tahu apa yang kita inginkan. Ya, percuma.
Parahnya, kebiasaan membelanjakan uang hanya karena keinginan akan membuat seseorang terjebak dalam masalah serius. Standar hidup jadi semakin meningkat seiring banyaknya uang yang dimiliki. Tiba-tiba terjebak dan seakan terus berlari di Hedonic Treadmill. Capek banget. Banyak uang tapi nggak bahagia-bahagia.
Puncaknya, perilaku seperti itu akan menular pada anak. Orang tua lupa bahwa apa yang dilakukannya menjadi ladang ilmu bagi anak. Mereka meniru. Mereka akan menganggap uang adalah sesuatu yang harus dibelanjakan. Mereka jadi konsumtif. Orang tuanya lupa mengajarkan bahwa uang nggak datang begitu saja. Jatuh dari langit, atau tinggal metik di pohon.
Dari itu semua, sebenarnya ada sesuatu yang lebih penting. Kita nggak punya jaminan apakah keadaan kita akan baik selamanya. Roda berputar. Bisakah anak-anak kita survive kelak, jika kita lupa menanamkan betapa pentingnya "sedia payung sebelum hujan.."
Sebagai orang tua, tentunya semua pengen baik-baik aja, dong. Tapi, nggak ada ruginya kan kalau kita menanamkan hal baik untuk anak-anak kita kelak..
Sebagai orang tua, tentunya semua pengen baik-baik aja, dong. Tapi, nggak ada ruginya kan kalau kita menanamkan hal baik untuk anak-anak kita kelak..
MENABUNG SUPAYA BERUNTUNG
Yap, benar banget.. menabung akan selalu menjadikan kita beruntung. Menabung membuat kita punya target dan tujuan yang ingin dicapai. Ajarkan anak-anak sedini mungkin untuk memiliki kebiasaan menabung. Caranya :
- Berikan anak uang saku. Jangan uang jajan
kenapa? Kata Mbak Vera sih, kalau kita ngomongnya uang jajan, anak cenderung akan menganggap, uang jajan adalah uang yang harus dihabiskan. Nah, kalau uang saku, (disertai dengan penjelasan) anak akan mendapat pemahaman bahwa uang saku adalah uang yang bisa di gunakan secukupnya. Sebagian untuk membeli sesuatu, sebagian untuk ditabung.
Kalau anak pengen jajan mulu gimana dong? Udah gitu, minta beliin mainan terus..
Hihii, ini pertanyaan dari Ibu-ibu peserta yang pusing anaknya minta jajan terus.
Untuk masalah anak yang pengen jajan terus, menurut Mbak Vera, orang tua sebaiknya introspeksi. Barangkali, kita kurang kreatif dalam memenuhi kebutuhannya. Eksplor terus apa yang bisa kita berikan untuknya. Atau, mungkin kita yang sedang kurang perhatian sampai-sampai anak jadi bete. Coba luangkan waktu sebentar, peluk dan ajak main. Siapa tahu, itulah yang sedang dibutuhkannya.
- Menabung di celengan yang lucu
Celengan yang lucu, bisa menambah semangat anak untuk menabung. Biarkan anak memilih sendiri bentuk tabungan yang disukainya. Mau bentuk ayam, bebek, kelinci atau little poni, belikan aja. Jangan maksain beli sesuai dengan tokoh kesukaan orang tuanya.
Untuk anak yang udah mulai ngerti menabung di Bank, ajak anak untuk buka rekening. Dijamin deh, anak seneng banget bisa punya buku tabungan sendiri.
- Menabung untuk melakukan kebaikan
Ajarkan anak untuk menyisihkan sebagian uang tabungan, untuk membantu orang yang membutuhkan. Asah empatinya agar kelak anak nggak hanya memikirkan diri sendiri. Membiasakan anak melakukan hal ini akan membuat anak merasa bangga akan dirinya.
- Investasi kecil-kecilan dari uang tabungan
Untuk membentuk kemandirian dan jiwa wirausaha pada anak, tawarkan untuk menggunakan sebagian uang tabungannya untuk modal usaha sederhana. Hasil penjualannya bisa ditabung.
Dulu, ketika anak-anak masih SD, mereka suka jual kue bikinan saya ke sekolah. Kadang bawa martabak mini, kadang bolu cokelat. Bawanya nggak banyak sih, karena tujuannya hanya untuk mengenalkan anak tentang wirausaha. Hasilnya bisa ditabung. Lumayan kan, kecil-kecil, udah punya penghasilan sendiri.
Dulu, ketika anak-anak masih SD, mereka suka jual kue bikinan saya ke sekolah. Kadang bawa martabak mini, kadang bolu cokelat. Bawanya nggak banyak sih, karena tujuannya hanya untuk mengenalkan anak tentang wirausaha. Hasilnya bisa ditabung. Lumayan kan, kecil-kecil, udah punya penghasilan sendiri.
Dengan melakukan hal-hal di atas, pelan tapi pasti kita sudah mengajarkan anak cerdas finansial sejak dini. Hidup sederhana atau hemat bukan berarti pelit, kan.. tapi, bijak menggunakan uang.
Ibu-ibu setuju, kan?
MENGINTIP SISWA BELAJAR BISNIS
Usai mengikuti Talkshow, saya dan teman-teman menuju ruang kelas untuk menyaksikan siswa belajar bisnis sederhana. Setiap siswa difasilitasi sebuah tablet yang bisa digunakan untuk belajar interaktif secara berkelompok. Dibimbing oleh tim Citi Volunteers yang terdiri dari tim Prestasi Junior dan karyawan Citibank Indonesia.
Suasana belajarnya seru. Anak-anak diminta untuk memilih berbagai macam usaha atau bisnis yang mereka kenal di lingkungan mereka. Ada Toko Roti, Pangkas rambut, dan sebagainya. Ada gamenya juga. Terlihat jelas mereka sangat antusias. Ya iyalah ya, anak-anak jaman now, dekat banget sama gadget, jadi, program edukasi " Digital Financial Literacy for Children" disampaikan lewat gadget yang akrab dalam keseharian mereka.
Melalui pendanaan dari Citi Foundation, kegiatan yang merupakan penyelenggaraan tahun kedua yang diimplementasikan sejak Oktober 2017,. Program ini melibatkan 2.947 siswa dari 12 sekolah dasar di 5 kota besar di indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang dan Denpasar.
Dengan memberikan edukasi bagi anak-anak dan orang tua sekaligus, Citi Indonesia dan Prestasi Junior Indonesia tidak hanya ingin meningkatkan pengetahuan keuangan pada anak, tetapi mengajak orang tua untuk membentuk budaya pengelolaan keuangan yang sehat di rumah.
Nah, nggak ada kata terlambat untuk memulai kebiasaan baik. Yuk, ajarkan anak cerdas finansial sejak dini.
Iya betul banget tips nya ya.. jangan sampai terjebak di lingkaran mouse trap yang ga selesai selesai itu. Rajin menabung dan bebas hutang adalah kunci. :)
ReplyDeleteIya, Mbak.. rajin menabung adalah kunci ��
DeleteTerima kasih udah mampir.
Oops ketauan, jilbab aku lengkap warnanya mbak hehehe
ReplyDeleteKalo aku memberi anak-anak uang saku tiap awal bulan, untuk 1 bulan sih, jadi biar mereka belajar mengelola uangnya sendiri. Jangan sampai masih pertengahan bulan, eh uangnya sudah habis hehe.
ReplyDeleteNote: uang saku, bukan uang jajan :D
ReplyDeleteAnak-anakku juga sudah aku ajarkan sejak kecil mba.. utk nabung dan pikir-pikir sebelum belanja. Memang ngg mudaaah sih :)
ReplyDelete