Workshop Doodle di atas Daluang bersama Tanti Amelia dan Kartini Blue Bird
Beberapa waktu yang lalu saya pernah cerita tentang workshop membuat clutch dari kain kulit kayu bersama mbak Astri Damayanti di museum tekstil. Udah pada baca belum? Clutchnya cakep deh. Soalnya dipadukan dengan kain motif etnik.
Nah, setelah workshop bikin clutch, beberapa minggu kemudian, masih di tempat yang sama, dilanjut dengan workshop membuat doodle di atas kain kulit kayu bersama mbak Tanti Amelia dan Kartini Blue Bird. Acaranya sendiri diadakan tanggal 2 desember lalu sih. Cuma karena beberapa halangan, saya baru bisa menuliskan sekarang. ((*sungkem sama mbak Astri Damayanti :"D.. *kemudiandisambit *ampuuuun ya mbak.. )
Workshop doodle bersama Kartini Blue Bird ini diadakan bersamaan dengan acara penutupan pameran Beaten Bark di museum tekstil oleh asisten deputy bidang kebudayaan DKI Jakarta Bapak Usmayadi Rameli. Sebelumnya
disertai juga dengan laporan kegiatan oleh Kepala Museum Seni DKI Jakarta, Ibu Esni Utami, penyerahan lukisan dari mbak Tanti Amelia kepada Bapak Usmayadi Ramli. Dan penyerahan lukisan kepada Prof. Sakamoto yang diberikan oleh mbak Nova dari Kartini Blue Bird. Sedangkan penyerahan lukisan untuk Ibu Esni Utami diserahkan oleh mbak Astri Damayanti dari Kriya Indonesia.
disertai juga dengan laporan kegiatan oleh Kepala Museum Seni DKI Jakarta, Ibu Esni Utami, penyerahan lukisan dari mbak Tanti Amelia kepada Bapak Usmayadi Ramli. Dan penyerahan lukisan kepada Prof. Sakamoto yang diberikan oleh mbak Nova dari Kartini Blue Bird. Sedangkan penyerahan lukisan untuk Ibu Esni Utami diserahkan oleh mbak Astri Damayanti dari Kriya Indonesia.
Doodle dan Sekilas Tentang Kain Kulit Kayu
Ngedoodle dengan media kain kulit kayu pastinya unik banget. Karena nggak mudah untuk mendapatkannya. Kain kulit kayu yang memiliki nama Fuya, Tapa dan di daerah Jawa disebut Daluang ini, merupakan kekayaan seni milik Indonesia. Hanya ada di Indonesia loh. Jadi, harus kita dukung untuk kelestariannya.
Kain yang dibuat dari kulit kayu ini adalah hasil kerja keras penduduk yang tinggal di daerah pedalaman. Umumnya dibuat untuk dijadikan baju, atau untuk dijual lagi menjadi bahan lenan rumah tangga. Yang membuatnya pun biasanya wanita-wanita lanjut usia. Membuatnya sulit dan butuh waktu. Nggak bisa satu hari selesai. Prosesnya panjang dan lama.
Kulit kayu yang bagus dipakai untuk membuat daluang adalah kayu dari pohon Saeh. Sayangnya pohon saeh makin lama semakin berkurang karena belum ada kesadaran untuk meregenerasi. Mudah-mudah ada solusi untuk masalah yang satu ini ya..
Kain yang dibuat dari kulit kayu ini adalah hasil kerja keras penduduk yang tinggal di daerah pedalaman. Umumnya dibuat untuk dijadikan baju, atau untuk dijual lagi menjadi bahan lenan rumah tangga. Yang membuatnya pun biasanya wanita-wanita lanjut usia. Membuatnya sulit dan butuh waktu. Nggak bisa satu hari selesai. Prosesnya panjang dan lama.
Kulit kayu yang bagus dipakai untuk membuat daluang adalah kayu dari pohon Saeh. Sayangnya pohon saeh makin lama semakin berkurang karena belum ada kesadaran untuk meregenerasi. Mudah-mudah ada solusi untuk masalah yang satu ini ya..
Kain kulit kayu atau Daluang memiliki tekstur yang kasar alias nggak rata. Jadi, kalau kita gunakan untuk media gambar, untuk menggoreskan cat nggak semudah yang dibayangkan. Apalagi, daluang nggak kuat kalau terkena air. Jadi, cat yang digunakan harus dijaga jangan sampai terlalu encer.
Untuk mulai praktek, mbak Tanti Amelia, memberikan kami alat lukis lengkap. ada cat lukis, kuas, pensil, pigura dan selembar Daluang. Meski selembar dan berukuran kecil, ternyata harganya mahal loh. Karena harga jual daluang dihitung per 1milimeter. Jadi harus digunakan semaksimal mungkin.
Hari itu, mbak Tanti memperagakan cara membuat gambar ondel-ondel. Pada tau kan ya, mbak Tanti kalau gambar enteng banget. Bentar aja jadi. Bagus deh.
Tapi karena saya dan beberapa teman kebagian tempat duduk yang agak jauh, jadinya nggak bisa liat contoh gambarnya mbak Tanti. Jadi aja pada cari ide gambar sendiri. Dan saya memilih untuk menggambar sekeranjang bunga. Caranya bikin sketsa dengan pensil dulu. Kalo udah sreg baru ditimpa dengan cat.
Tapi pas prakteknya nggak bener-bener ngikutin garis pensilnya sih, tekstur daluang yang kasar bikin kuas jadi agak melenceng. Jadi, gambar yang direncanakan sejak awal agak berubah dikit. Ya, maklumlah, namanya juga pemula.. ;D Tapi, pas dipasang di pigura, ternyata hasilnya oke juga loh.. *bangga
Tapi pas prakteknya nggak bener-bener ngikutin garis pensilnya sih, tekstur daluang yang kasar bikin kuas jadi agak melenceng. Jadi, gambar yang direncanakan sejak awal agak berubah dikit. Ya, maklumlah, namanya juga pemula.. ;D Tapi, pas dipasang di pigura, ternyata hasilnya oke juga loh.. *bangga
Ikutan workshop hari itu bener-bener berkesan. Apalagi setelah liat hasil gambar peserta-peserta lain jadi nyadar, kalo setiap orang punya daya imajinasi yang luar biasa. Dan inilah hasil karya semua peserta.
Yang paling bikin seneng sih, dikasih kesempatan untuk mengenal Daluang lebih jauh. Beneran deh, kalau bukan karena workshop seperti ini, saya nggak bakalan tau tentang keberadaannya. Terima kasih untuk mbak Astri Damayanti, mbak Tanti Amelia dan Kartini Blue Bird. Tahun 2017 bikin lebih banyak workshop lagi ya.. Saya dan teman-teman dengan setia menanti.
Love :)
Love :)
keren juga mbak. ngingetin saya di filmnya perahu kertas
ReplyDeleteHihii, iya mas. Tapi kalo pake daluang bahaya kena air. langsung hancur.
Deletehasilnya bagus
ReplyDeleteIya, baguus :)
DeleteWah keren banget hasilnya Mba Waya :)
ReplyDeleteDaluang itu kulit kayu kah?
Iya, teh. Daluang nama dari kulit kayu itu.Beda daerah beda sebutan. Jadi ada Daluang, Fuya dan Tapa :)
DeleteMantap :D
Deleteseru yaa workshopnya.. semoga ilmunya jadi berkah mbaak..
ReplyDeleteIya, insya Allah berkah mbak. Seru banget ikutan workshop kayak gini. Nambah ilmu baru.
Delete