Brush with Danger, Film Karya Anak Indonesia
Saya selalu bangga dengan film hasil karya anak Indonesia. Apalagi bila hasil karya mereka bisa diterima di taraf internasional seperti Hollywood. Seperti halnya kebanggaan saya dengan Livi Zheng. Seorang gadis muda berbakat yang berhasil membuat film Brush with Danger masuk nominasi kategori "Best Picture" di Penghargaan Piala Oscar tahun 2015. Film ini akan diputar di bioskop pada tanggal 26 November nanti.
Sabtu, tanggal 21 November kemaren, saya dan teman-teman Blogger Reporter Indonesia (BRID) mendapat kesempatan nonton bareng, premiere film karya Livi Zheng di Epicentrum XXI Jakarta Selatan. Senangnya lagi, kami bahkan bisa bertemu langsung dan sempat foto bersama dengan gadis manis asal kota Malang yang menyutradai film Brus with Danger tersebut.
Film Brush with Danger ini ditulis oleh adik Livi sendiri, Ken Zheng. Hm, kompak banget, ya.., sang kakak sebagai sutradara dan adik sebagai writer, di film ini mereka juga berperan sebagai kakak dan adik. Ilmu beladiri yang mereka kuasai menjadi kekuatan yang disuguhkan di beberapa adegan.
Brush With Danger
Cerita berawal dari datangnya rombongan imigran gelap yang dikirim dengan kontainer. Alice Qiang (Livi Zheng) dan adiknya Ken (Ken Zheng) mencoba peruntungan dengan mengandalkan bakatnya sebagai pelukis. Baru saja keluar dari kontainer mereka harus menghadapi kerasnya kota, berkelahi dengan orang yang berusaha merampas tas dari imigran. Perkelahian seru terjadi, malangnya Alice malah kehilangan tas yang berisi uang miliknya.
Tanpa uang di New York, membuat mereka kelaparan dan terpaksa tidur di jalanan. Makan roti sisa dari restoran dan terkadang harus bersembunyi dari polisi yang sedang berpatroli. Untuk menyambung hidup mereka berjualan lukisan. Sayangnya lukisan karya Alice tak mampu menarik minat pengunjung untuk membeli. Sampai akhirnya sang adik, Ken memamerkan keahliannya ilmu bela dirinya dan memaksa Alice untuk ikut serta. Pengunjung merasa terhibur dan rela memberikan uang untuk pertunjukan itu.
Suatu hari, Justus Sulivan seorang pria pemilik galeri tanpa sengaja menyaksikan pertunjukan Alice dan Ken, Melihat hasil lukisan Alice, Justus menawarkan kontrak kerja. Sayangnya pria ini bukanlah orang baik seperti yang mereka duga. Dengan berbagai alasan dan tipu daya, Alice diminta untuk membuat lukisan tiruan yang sama persis dengan lukisan Van Gogh. Di sinilah dilema di mulai, meski di tempat asalnya meniru suatu karya sudah menjadi hal yang biasa, bagi Alice, meniru lukisan seorang Van Gogh bukanlah hal yang mudah. Nama besar Van Gogh membuat nyali ciut. Apalagi Alice tahu, lukisan Van Gogh memiliki jiwa dalam setiap goresan kuasnya. Sulit untuk menirunya.
Tanpa sepengetahuan Alice, ternyata nyawanya sedang terancam. Seorang pelukis wanita Asia terbunuh, belakangan diketahui wanita itu juga terkait dengan kasus lukisan yang dipalsukan. Berhasilkah Alice meniru lukisan Van Gogh tersebut? Bagaimana dengan statusnya sebagai imigran gelap?
Hm, kalau ingin tahu kelanjutannya, catat tanggal mainnya, ya.. :)
Film ini menyuguhkan cerita yang simpel. Nggak bikin kening berkerut. Juga nggak banyak intrik seperti layaknya film-film action. Andai digali lebih dalam lagi, pasti hasilnya akan lebih baik. Keahlian bela diri Livi dan Ken patut kita apresiasi. Brush with Danger juga menyajikan gambar-gambar yang enak dilihat. Lukisan yang indah, dan hubungan kakak, adik yang manis.
Harapan saya, Livi nggak berhenti sampai di sini. Semoga ke depannya Livi bisa menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Dan membuat bangga kita sebagai orang Indonesia.
pengen banget nonton film ini, karya anak bangsa :)
ReplyDeletesemoga menghasilkan karya baik lagi ya mbak
ReplyDeleteblom pernah nih nonton ceritanya hehehe
ReplyDelete